Pada posting sebelumnya kita telah membahas tentang sinapsis
atau koneksi yang satu sama lain dirangkai oleh neuron dan perkembangan otak
yang memiliki kecepatan berbeda. Sekarang kita coba jelaskan bagaimana cabang-cabang
reseptif sel saraf yang disebut dendrit tumbuh dan berkembang untuk membentuk
triliunan sinapsis. Satu sel dapat dihubungkan dengan 10.000 sel lain. Berat
otak bayi mendekati sepertiga berat otak dewasa. Periode produksi sinapsis yang
cepat pada bagian otak tertentu tampaknya berhubungan dengan perkembangan
tingkah laku yang terkait dengan bagian otak itu. Para ilmuwan yakin bahwa
rangsangan yang diterima bayi dan anak balita menentukan sinapsis yang dibentuk
dalam otak, yang jalurnya menjadi terkait keras.
Bagaimana otak tahu koneksi mana yang harus dibentuk? Di
sinilah pengalaman dini berperan. Sewaktu sebuah koneksi dipakai secara
berulang-ulang di usia belia, koneksi itu menjadi permanen. Kebalikannya, jika
sebuah koneksi sama sekali tidak atau tidak cukup sering dipakai, kemungkinan
besar tidak dapat bertahan. Misalnya, seorang anak yang jarang bicara atau
mendengar saat usia masih dini, dapat mengalami kesulitan menguasai bahasa di
kemudian hari. Seorang anak yang jarang diajak bermain mungkin memiliki
kesulitan untuk menyesuaikan diri secara sosial saat dia tumbuh. Otak bayi
berkembang karena adanya timbal balik dari lingkungan. Otak terangkai sendiri
menjadi organ pikir dan emosional melalui hal-hal yang ia alami. Sirkuit yang
dibentuk di otak mempengaruhi perkembangan seorang anak. Kemungkinan, seorang
anak yang diajar berbahasa dari lahir akan belajar bicara dengan saat baik.
Bayi yang tangisnya disambut dengan senyuman, bukannya didiamkan saja, akan
menjadi responsif secara emosional.
Dibanding masa sebelumnya, para ilmuwan dalam sepuluh tahun
terakhir telah mempelajari lebih banyak mengenai bagaimana otak manusia
bekerja. Penemuan mereka bahwa pengalaman masa dini kanak-kanak secara mendasar
membentuk otak bayi, mengubah cara pikir kita tentang kebutuhan anak-anak.
Riset terbaru tentang otak telah menghasilkan tiga temuan penting yang utama. Pertama, kapasitas
seorang individu untuk belajar dan berkembang dalam berbagai lingkungan
tergantung hubungan timbal balik antara faktor alam (warisan genetiknya atau
faktor keturunan) dan cara asuh (jenis perhatian, rangsangan, dan pendidikan
yang diperoleh). Kedua, otak manusia secara unik dibentuk agar mengambil
manfaat dari pengalaman dan pengajaran yang baik selama tahun-tahun pertama
kehidupan. Dan ketiga, meskipun kesempatan dan risiko terbesar dialami selama
tahun pertama kehidupan, proses pembelajaran tetap berlangsung selama siklus
hidup manusia.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori
otak bayi
/
pengalaman kanak – kanak
/
pertumbuhan otak
dengan judul
Pengaruh Pengalaman Masa Dini Kanak-Kanak Terhadap Pembentukan Otak Bayi
. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL
http://permainananakcerdas.blogspot.com/2013/05/pengaruh-pengalaman-masa-dini-kanak.html
. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Demangun
-
Sunday, May 19, 2013
Belum ada komentar untuk " Pengaruh Pengalaman Masa Dini Kanak-Kanak Terhadap Pembentukan Otak Bayi "
Post a Comment